Pada suatu hari seorang gadis muda tengah menunggu di sebuah stasiun kereta di Amerika Serikat dan ia sering lakukan setelah pulang dari sekolah menengah atas untuk pulang ke rumah. Ketika ia sedang menunggu terdengarlah suara seseorang bergumam di belakangnya. Ia berbalik dan melihat seorang wanita duduk di sebuah bangku. Gadis itu menyadari saat itu hanya ada mereka berdua di stasiun tersebut. Wanita itu sangat aneh, pikir gadis itu. Wanita itu berumur 40-an dan duduk dengan tidak tenang. Ia menggoyang-goyangkan badannya ke depan dan ke belakang sambil bergumam, “21. . .21. . .21 . . .”. Gadis itu bisa melihat kalau wanita itu terlihat agak “stress”, bahkan mungkin gila. Ia berniat untuk mengacuhkan saja wanita itu. Namun wanita itu terus saja bergumam, “. . .21. . .21. . .21. . .” Lama-kelamaan gadis itu menjadi penasaran. Ia pun bangkit dari kursinya dan menghampiri wanita itu. “Ibu, apa yang sedang ibu hitung?” Wanita itu tak menjawab, bahkan tak menatap gadis itu. Ia hanya terus bergumam, “. . . .21 . . . .21. . .21 . . . .” Gadis itu melihat di sekitarnya, mencoba mencari tahu apa yang sedang wanita itu hitung. Di saat yang sama, gadis itu heran. Jika ia memang menghitung sesuatu, mengapa angkanya selalu sama. Kemudian terdengar suara kereta datang, tiba-tiba saja wanita itu menerjang gadis muda dan mendorongnya ke arah rel. “Aaaaaa!!!” teriak gadis itu, namun terlambat. Kereta yang melaju kencang itu terlanjur menyambar tubuhnya. Warna merah dari darah gadis itu bercipratan hingga ke dinding dan kursi-kursi di stasiun itu. Wanita itu kembali duduk seolah tak terjadi apa-apa dan mulai bergumam. “. . . 22 . . . . 22 . . . 22 . . .”
21 Dan Masih Menghitung (21 And Still Counting) - Urban Legend Indonesia
Pada suatu hari seorang gadis muda tengah menunggu di sebuah stasiun kereta di Amerika Serikat dan ia sering lakukan setelah pulang dari sekolah menengah atas untuk pulang ke rumah. Ketika ia sedang menunggu terdengarlah suara seseorang bergumam di belakangnya. Ia berbalik dan melihat seorang wanita duduk di sebuah bangku. Gadis itu menyadari saat itu hanya ada mereka berdua di stasiun tersebut. Wanita itu sangat aneh, pikir gadis itu. Wanita itu berumur 40-an dan duduk dengan tidak tenang. Ia menggoyang-goyangkan badannya ke depan dan ke belakang sambil bergumam, “21. . .21. . .21 . . .”. Gadis itu bisa melihat kalau wanita itu terlihat agak “stress”, bahkan mungkin gila. Ia berniat untuk mengacuhkan saja wanita itu. Namun wanita itu terus saja bergumam, “. . .21. . .21. . .21. . .” Lama-kelamaan gadis itu menjadi penasaran. Ia pun bangkit dari kursinya dan menghampiri wanita itu. “Ibu, apa yang sedang ibu hitung?” Wanita itu tak menjawab, bahkan tak menatap gadis itu. Ia hanya terus bergumam, “. . . .21 . . . .21. . .21 . . . .” Gadis itu melihat di sekitarnya, mencoba mencari tahu apa yang sedang wanita itu hitung. Di saat yang sama, gadis itu heran. Jika ia memang menghitung sesuatu, mengapa angkanya selalu sama. Kemudian terdengar suara kereta datang, tiba-tiba saja wanita itu menerjang gadis muda dan mendorongnya ke arah rel. “Aaaaaa!!!” teriak gadis itu, namun terlambat. Kereta yang melaju kencang itu terlanjur menyambar tubuhnya. Warna merah dari darah gadis itu bercipratan hingga ke dinding dan kursi-kursi di stasiun itu. Wanita itu kembali duduk seolah tak terjadi apa-apa dan mulai bergumam. “. . . 22 . . . . 22 . . . 22 . . .”
ConversionConversion EmoticonEmoticon